Judul : Betapa Aku Mencintainya
Kategori : Cinta
Karya : Evy Dewi Utami
Pertemuanku dengan Bagas sore ini mengungkit lagi kenangan lama yang sulit untuk dilupakan. Semua berawal dari masa SMA dulu,
Anak-anak sekalian, hari ini kita kedatangan murid baru dari Jakarta, Bagas namanya.
Bagas nama yang asing di telingaku karena nama itu seperti nama anak-anak kota pada umumnya, begitu juga dengan penampilannya.
Satu hal yang diluar perkiraanku, Bagas sangat rendah hati, tidak pernah sedikitpun kesombongan terpancar dari perilakunya.
Nama kamu Nirmala kan? Begitu dia mengawali sapaannya padaku.
Iya namaku Nirmala, ada apa? Jawabanku seadanya……
Aku dengar dari teman-teman, kamu adalah yang terpintar di kelas kita…….
Mereka terlalu melebih-lebihkan…..aku biasa aza….anak kampung yang ingin maju…… kamu perlu apa?
Ternyata Bagas ingin sekali menjadi bagian dari kelompok belajar yang telah kami bangun sejak kami sama-sama masuk dalam ruangan ini di semester pertama.
Kita Tanya teman-teman yang lain ya….kalau mereka setuju…..kamu dapat bergabung, Ternyata teman-teman telah setuju semuanya. Jadilah kami satu tim dalam kelompok belajar.
Hari berganti hari….minggu berganti minggu…..bulan berganti bulan……. Kedekatan kami tidak hanya sekedar teman dalam satu kelompok belajar.
Semakin hari Bagas semakin memperhatikan aku, mulai dari menjemput dan mengantar ked an dari sekolah…..kebetulan dia selalu diantar dengan sopirnya.
Entah kenapa…..aku juga enggan menanyakan seperti apa keluarganya….karena hampir tidak pernah kutemui keluarganya secara utuh…..tiap ada acara yang hadir hanya ibunya…atau hanya pamannya.
Begitulah……semua berjalan dengan apa adanya….seperti air mengalir……tanpa tujuan…tanpa maksud apa-apa.
Kebetulan kelas XI kami sekelas kembali, melalui hasil pemilihan dari ranking kami masing-masing. Hal yang sangat menyenangkan dapat berkumpul kembali dengan teman-teman satu tim kelompok belajar.
Kedekaatan ini menjadi sangat janggal, karena semua menjadi berubah tidak tahu apa yang terasa.
Kehilangan sehari saja dari kebersamaan aku dengan Bagas, membuat hati ini gundah gulana. Aku (Nirmala) gadis kampung yang semula ceria menjadi seorang gadis yang tidak punya semangat jika Bagas tidak ada.
Suatu hal yang tidak bias dimengerti dan tidak bisa dipahami dan lebih rumit dari rumus matematika yang terumit sekalipun.
Akhirnya kuputuskan untuk curhat dengan teman perempuanku, Dita namanya…..
Dita…aku mau Tanya……
Tanya apa Nir…..kelihatannya kamu begitu aneh hari ini?
Pernah tidak kamu merasa hidup ini lebih indah dengan adanya seseorang atau bersedih jika seseorang itu tidak ada?
Dengan tanpa diduga……Dita tertawa terbahak-bahak…….dan membiarkan aku terbengong tak mengerti melihat tawanya.
Nirmala….Nirmala…..itu namanya kamu jatuh cinta……sama siapa Nir? Aku tidak pernah melihat kamu punya sikap yang berbeda terhadap semua teman-teman kita.
Dengan tak kalah berkecamuknya hati ini…..aku hanya bisa terpana…..aku yang anak kampung ini bisa jatuh cinta? Dengan Bagas yang anak kota itu? Ah tidak mungkin, bisa saja Dita salah dan hanya mempermainkan aku.
Tepat di hari kenaikan kelas XII, diumumkan bahwa aku ternyata tidak sekelas lagi dengan teman-teman belajarku, begitu juga dengan Bagas, kita dipisah-pisah karena harus ada pemerataan dalam pembagian murid-murid yang pintar dengan yang biasa saja.
Nir….Nir…..aku dengar Bagas memanggilku………, Ada apa Gas? Nanti sore kamu ada waktu pergi denganku? Jam 5 aku jemput dirumahmu ya……..
Dengan perasaan yang tidak menentu……aku tunggu kedatangan Bagas…….sesuai janjinya dia datang tepat waktu…….setelah pamit dengan kedua orang tua ku, kamipun pergi ke warung yang biasa tim kami bercengkrama.
Nir…..mau kan kamu jadi pacar aku????seperti disambar petir di siang bolong……aku tidak bisa berkata-kata apa-apa…..antara bingung dan gembira…..inikah rasa yang selama ini kurasakan?
Nir…..mau kan? Tanpa mengeluarkan sepatah katapun….aku menganggukkan kepala….
Sejak saat itu hari-hari kulalui dengan pernuh kebahagiaan, kami saling melengkapi satu sama lain, selalu berbagi susah dan senang, tidak pernah ada hal yang membuat kami bersedih.
Hari berganti hari…..waktu berganti waktu……tibalah kami di penghujung sekolah kami, kami harus mennetukan kemana kami akan melanjutkan cita-cita kami. Aku memutuskan untuk ke Yogyakarta begitu juga dengan Bagas. Kebahagiaan tidak terkira karena ternyata kami bisa masuk ke Universitas Negeri ternama bersama-sama dengan jurusan yang sama pula….ekonomi.
Nir….Nir…..tunggu Nir…..begitu Bagas mengejarku, ada yang ingin aku sampaikan, aku akan kembali ke Jakarta, karena orang tuaku memanggilku pulang. Ada apa? Kenapa begitu tiba-tiba? Bagas tidak bisa memberikan jawaban, hanya wajah murungnya yang kulihat.
Seminggu kemudian Bagas kembali dengan berita yang tidak pernah sekalipun aku harapkan, Maafkan aku Nir…..aku sudah bertunangan dengan perempuan piihan orang tuaku.
Semua itu seperti kebohongan yang nyata dalam hidupku….
Anehnya….tidak ada hal yang perlu aku sesali…semua sudah menjadi takdir buatku dan buatnya. Sudahlah Bagas………..tidak apa2……..semua sudah terjadi……….tidak ada lagi yang harus disesali……mungkin kita memang tidak berjodoh…..
Tidak ada tangis, tidak ada air mata, yang ada hanyalah rasa sakit yang begitu mendera dalam hati.
Ternyata…..seorang Nirmala tidak setegar yang tampak di luar…….aku benar-benar kehilangan dirinya……..
Setelah Bagas pergi…….baru kusadari betapa aku sangat menrindukan hari-hari bersamanya………betapa aku tidak bisa berbahagia di tengah-tengah keramaian ……..semua menjadi sunyi………..meskipun beberapa kali Bagas berusaha menghubungiku dan menyatakan bahwa aku lah cinta dalam hidupnya.
Beberapa tahun berganti …………cinta ini ku tanam dalam diri………hidupku harus terus berjalan ada atau tidak ada Bagas dalam hidupku. Lambat tapi pasti aku dapat melupakan Bagas.…..meski tidak dapat dipungkiri setelah Bagas pergi baru kusadari betapa aku sangat mencintainya.
Kategori : Cinta
Karya : Evy Dewi Utami
Pertemuanku dengan Bagas sore ini mengungkit lagi kenangan lama yang sulit untuk dilupakan. Semua berawal dari masa SMA dulu,
Anak-anak sekalian, hari ini kita kedatangan murid baru dari Jakarta, Bagas namanya.
Bagas nama yang asing di telingaku karena nama itu seperti nama anak-anak kota pada umumnya, begitu juga dengan penampilannya.
Satu hal yang diluar perkiraanku, Bagas sangat rendah hati, tidak pernah sedikitpun kesombongan terpancar dari perilakunya.
Nama kamu Nirmala kan? Begitu dia mengawali sapaannya padaku.
Iya namaku Nirmala, ada apa? Jawabanku seadanya……
Aku dengar dari teman-teman, kamu adalah yang terpintar di kelas kita…….
Mereka terlalu melebih-lebihkan…..aku biasa aza….anak kampung yang ingin maju…… kamu perlu apa?
Ternyata Bagas ingin sekali menjadi bagian dari kelompok belajar yang telah kami bangun sejak kami sama-sama masuk dalam ruangan ini di semester pertama.
Kita Tanya teman-teman yang lain ya….kalau mereka setuju…..kamu dapat bergabung, Ternyata teman-teman telah setuju semuanya. Jadilah kami satu tim dalam kelompok belajar.
Hari berganti hari….minggu berganti minggu…..bulan berganti bulan……. Kedekatan kami tidak hanya sekedar teman dalam satu kelompok belajar.
Semakin hari Bagas semakin memperhatikan aku, mulai dari menjemput dan mengantar ked an dari sekolah…..kebetulan dia selalu diantar dengan sopirnya.
Entah kenapa…..aku juga enggan menanyakan seperti apa keluarganya….karena hampir tidak pernah kutemui keluarganya secara utuh…..tiap ada acara yang hadir hanya ibunya…atau hanya pamannya.
Begitulah……semua berjalan dengan apa adanya….seperti air mengalir……tanpa tujuan…tanpa maksud apa-apa.
Kebetulan kelas XI kami sekelas kembali, melalui hasil pemilihan dari ranking kami masing-masing. Hal yang sangat menyenangkan dapat berkumpul kembali dengan teman-teman satu tim kelompok belajar.
Kedekaatan ini menjadi sangat janggal, karena semua menjadi berubah tidak tahu apa yang terasa.
Kehilangan sehari saja dari kebersamaan aku dengan Bagas, membuat hati ini gundah gulana. Aku (Nirmala) gadis kampung yang semula ceria menjadi seorang gadis yang tidak punya semangat jika Bagas tidak ada.
Suatu hal yang tidak bias dimengerti dan tidak bisa dipahami dan lebih rumit dari rumus matematika yang terumit sekalipun.
Akhirnya kuputuskan untuk curhat dengan teman perempuanku, Dita namanya…..
Dita…aku mau Tanya……
Tanya apa Nir…..kelihatannya kamu begitu aneh hari ini?
Pernah tidak kamu merasa hidup ini lebih indah dengan adanya seseorang atau bersedih jika seseorang itu tidak ada?
Dengan tanpa diduga……Dita tertawa terbahak-bahak…….dan membiarkan aku terbengong tak mengerti melihat tawanya.
Nirmala….Nirmala…..itu namanya kamu jatuh cinta……sama siapa Nir? Aku tidak pernah melihat kamu punya sikap yang berbeda terhadap semua teman-teman kita.
Dengan tak kalah berkecamuknya hati ini…..aku hanya bisa terpana…..aku yang anak kampung ini bisa jatuh cinta? Dengan Bagas yang anak kota itu? Ah tidak mungkin, bisa saja Dita salah dan hanya mempermainkan aku.
Tepat di hari kenaikan kelas XII, diumumkan bahwa aku ternyata tidak sekelas lagi dengan teman-teman belajarku, begitu juga dengan Bagas, kita dipisah-pisah karena harus ada pemerataan dalam pembagian murid-murid yang pintar dengan yang biasa saja.
Nir….Nir…..aku dengar Bagas memanggilku………, Ada apa Gas? Nanti sore kamu ada waktu pergi denganku? Jam 5 aku jemput dirumahmu ya……..
Dengan perasaan yang tidak menentu……aku tunggu kedatangan Bagas…….sesuai janjinya dia datang tepat waktu…….setelah pamit dengan kedua orang tua ku, kamipun pergi ke warung yang biasa tim kami bercengkrama.
Nir…..mau kan kamu jadi pacar aku????seperti disambar petir di siang bolong……aku tidak bisa berkata-kata apa-apa…..antara bingung dan gembira…..inikah rasa yang selama ini kurasakan?
Nir…..mau kan? Tanpa mengeluarkan sepatah katapun….aku menganggukkan kepala….
Sejak saat itu hari-hari kulalui dengan pernuh kebahagiaan, kami saling melengkapi satu sama lain, selalu berbagi susah dan senang, tidak pernah ada hal yang membuat kami bersedih.
Hari berganti hari…..waktu berganti waktu……tibalah kami di penghujung sekolah kami, kami harus mennetukan kemana kami akan melanjutkan cita-cita kami. Aku memutuskan untuk ke Yogyakarta begitu juga dengan Bagas. Kebahagiaan tidak terkira karena ternyata kami bisa masuk ke Universitas Negeri ternama bersama-sama dengan jurusan yang sama pula….ekonomi.
Nir….Nir…..tunggu Nir…..begitu Bagas mengejarku, ada yang ingin aku sampaikan, aku akan kembali ke Jakarta, karena orang tuaku memanggilku pulang. Ada apa? Kenapa begitu tiba-tiba? Bagas tidak bisa memberikan jawaban, hanya wajah murungnya yang kulihat.
Seminggu kemudian Bagas kembali dengan berita yang tidak pernah sekalipun aku harapkan, Maafkan aku Nir…..aku sudah bertunangan dengan perempuan piihan orang tuaku.
Semua itu seperti kebohongan yang nyata dalam hidupku….
Anehnya….tidak ada hal yang perlu aku sesali…semua sudah menjadi takdir buatku dan buatnya. Sudahlah Bagas………..tidak apa2……..semua sudah terjadi……….tidak ada lagi yang harus disesali……mungkin kita memang tidak berjodoh…..
Tidak ada tangis, tidak ada air mata, yang ada hanyalah rasa sakit yang begitu mendera dalam hati.
Ternyata…..seorang Nirmala tidak setegar yang tampak di luar…….aku benar-benar kehilangan dirinya……..
Setelah Bagas pergi…….baru kusadari betapa aku sangat menrindukan hari-hari bersamanya………betapa aku tidak bisa berbahagia di tengah-tengah keramaian ……..semua menjadi sunyi………..meskipun beberapa kali Bagas berusaha menghubungiku dan menyatakan bahwa aku lah cinta dalam hidupnya.
Beberapa tahun berganti …………cinta ini ku tanam dalam diri………hidupku harus terus berjalan ada atau tidak ada Bagas dalam hidupku. Lambat tapi pasti aku dapat melupakan Bagas.…..meski tidak dapat dipungkiri setelah Bagas pergi baru kusadari betapa aku sangat mencintainya.
Sumber : www.anggarakasa.com
No comments:
Post a Comment